Bakat dari Nenek Moyang, Pengrajin di Baubau Lestarikan Aksesoris Kuningan Baju Adat

0
183
Proses mengukir Kuningan untuk aksesoris kalung Baju Adat Buton. (FOTO: ISTIMEWA)

HELIONEWS – Ibu Auna adalah salah satu dari sedikitnya pengrajin aksesoris kuningan untuk baju adat Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). Meski memiliki umur tidak muda lagi, Auna masih terus menjaga keterampilannya mengukir kuningan untuk menjadi aksesoris pakaian adat Buton.

Keterampilan Ibu Auna ini terjaga secara turun temurun dari nenek moyang. Dan Auna termasuk generasi yang masih menjaga keterampilan aksesoris Kuningan ini. Auna sendiri tinggal di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau.

“Saat masih sekolah, saya sudah diajar memang sama mama untuk buat kerajinan kuningan. Masih 15 tahun. Keterampilan dari mama, dari nenek dan seterusnya,” ungkap Auna.

Auna kerap membuat kerajinan kuningan untuk pakaian adat pernikahan Buton. Misalnya, gelang, kalung, dan mahkota untuk perempuan. Aksesori hiasan kepala Pria dan tali pinggang untuk laki-laki.

Aksesoris kuningan gelang untuk baju adat Buton. (FOTO: ISTIMEWA)

Auna menjelaskan, bahan dasarnya dalam membuat aksesoris ada dua. Pertama, Kuningan untuk aksesoris berwarna kuning keemasan. Kedua, aluminium untuk aksesoris berwarna putih perak.

Proses pembuatan aksesoris ini cukup cukup kompleks. Pertama lembar Kuningan digunting sesuai besaran aksesoris. Kemudian, kepingan Kuningan yang sudah digunting diukir menggunakan palu dan paku.

Setelah diukir, kepingan itu dibakar dan dibuat melengkung menyesuaikan jenis aksesori. Kemudian, kepingan tersebut disambung menggunakan lem perak. Pada proses ini, tampilan aksesoris sudah mulai terlihat. Misalnya kalung berbentuk kupu-kupu. Di proses akhir, aksesoris ini disikan dan dicuci pakai air asam.

“Mungkin yang masih ukir kuningan secara manual hari ini tinggal saya. Karena beberapa pengrajin Kuningan lain termasuk Kakak saya sudah menggunakan cetakan untuk mengukir. Saya beli Alat ukiran satu set di Jogja,” pungkasnya.

Untuk harga penjualan, Auna menjual satu set aksesoris pernikahan dengan tarif Rp400 ribu. Satu set terdiri dari kalung satu stel, anting-anting, 8 biji gelang, ikat pinggang pria, mahkota dan ikat pinggang. Jika satu set tersebut disewa, Auna memasang tarif Rp 100 ribu.

Auna mengaku, pembeli kerajinanya berasal dari beberapa daerah. Kota Baubau, Kendari, Kabupaten Buton, Buton Selatan, dan Buton Utara.

Selain membuat aksesoris kuningan, Auna juga aktif untuk membuat pakaian adat Buton. Seperti pakaian pernikahan dan jubah kebesaran adat Buton.

Baju adat Buton untuk perempuan yang dilengkapi dengan aksesoris kuningan dikenakan oleh model di Kota Baubau. (FOTO:ISTIMEWA)

Untuk pembelian satu set baju adat pernikahan, Auna mematok tarif Rp10 juta. Jika disewakan, pelanggan Auna hanya membayar Rp2 juta.

Satu set ini terdiri baju perempuan dan baju laki-laki, baju orang tua (ibu) kedua mempelai, dan satu set aksesoris pernikahan, termasuk keris mempelai pria.

Meskipun demikian, kata Auna, penjualan aksesoris kuningan miliknya lebih laku dibanding pakaian adat. Sebab, pengrajin Kuningan saat ini semakin langka. Berbeda dengan pembuat baju adat Buton yang semakin banyak.

Penulis: Rahman
Editor: Kasim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini