
HELIONEWS – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Buton Selatan (Busel) terus berupaya menekan prevalensi angka stunting di daerahnya. Sebanyak 404 anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) dikerahkan untuk melakukan pendampingan dan edukasi kepada masyarakat.
Tim pendamping ini bertugas melaksanakan deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau mencegah pengaruh bila terdapat faktor risiko stunting di suatu keluarga.
“404 lebih petugas kami di 7 kecamatan yang tersebar di 60 desa dan 10 kelurahan. Mereka bertugas melakukan pendampingan keluarga yang bekerjasama dengan bidan desa dan Penggerak PKK,” kata Kepala DPPKB Busel La Asari ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (1/8/2022).
Lanjut ia menjelaskan, TPK akan melakukan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga yang berisiko stunting.
Dengan adanya TPK yang langsung turun di lapangan dan mengetahui masalah yang ada di lingkup terkecil di tingkat desa/kelurahan hingga keluarga. Olehnya itu, menurut La Asari, TPK merupakan aktor penting dalam penurunan angka stunting di Bumi Gadjah Mada.
“Mereka mengedukasi masyarakat yang apabila sudah berstatus sebagai stunting diberikan penilaian dan dilakukan penelitian, apakah itu masalah gizi, pola asuh atau pengaruh dari berbagai macam faktor, lainnya,” ungkap Koordinator Penanganan Stunting Buton Selatan ini.
Diketahui, prevalensi stunting Kabupaten Buton Selatan masih sangat tinggi. Pada tahun 2021 stunting mencapai 35,7 persen dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sebesar 45,2 persen. Ini menempatkan posisi Kabupaten Buton Selatan diantara kabupaten lain di Sulawesi Tenggara menjadi peringkat pertama tertinggi.
Angka stunting di Busel masih terbilang jauh dari target. Sebab berdasarkan target nasional, angka prevalensi stunting pada tahun 2024 harus tercapai 14 persen. (Adm)