
HELIONEWS – Warga Buton tak lepas panganan olahan ubi kayu. Selain menjadi makanan pokok panganan ini menjadi khas tradisional khas Buton hingga saat ini.
Nah bagaimana orang Buton diperantauan bisa menikmati atau sekedar melepas kerinduan makanan khas Buton itu. Solusinya ada sama produk Kaopiku yang dikembangkan UMKM Kelompok Wanita Tani (KWT) Bangun Sejahtera Desa Bola, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, dengan membuat terobosan tepung dari ubi kayu yang masyarakat setempet menyebutnya kaopi.
Ketua KWT Bangun Sejahtera, Mariana, mengaku pembuatan tepung kaopi instan sama seperti halnya membuat kaopi secara tradisional.

Bedanya kata dia, pengolahannya sudah menggunakan alat berteknologi, misalnya memarut singkong menggunakan mesin parut, menghilangkan kadar air dengan mesin pres, dan pengeringnya menggunakan oven berbahan baku gas. Bahan jadinya berupa tepung kaopi instan telah dikemas secara modern.
Kata Mariana, Kaopi’ku tanpa bahan pengawet dan dapat bertahan hingga enam bulan. Sebagai bahan baku membuat panganan tradisional yakni kaoami, tuli-tuli dan sanggara banda serta panganan lainnya khas Buton lainya.
Produk Kaopi’ku ini telah dipasarkan hingga keluar daerah Kepulauan Buton seperti di Bandung, Semarang, Ambon, Sorong, Makassar, Kalimantan. “Belum banyak permintaan dari luar daerah karena ongkos kirimnya yang agak mahal,” ujarnya.
Satu bungkus Kaopi’ku di jual seharga Rp 15.000. Estimasi harga ini setelah menghitung biaya produksi dengan mengambil keuntungan yang tidak begitu besar. Produksinya sehari hanya bisa mencapai 10 hingga 12 bungkus.
Kapasitas oven sehari melakukan proses pengeringan cukup lama, daya tampungnya hanya sampai lima sampai enam bungkus perlima jam. Sehari hanya dua kali bahan baku masuk ke oven.
Diharapkan produksi Kaopi’ku yang masih berskala industri rumahan mendapat perhatian lebih, baik pemerintah daerah maupun provinsi dalam meningkatkan produksititasnya, seperti penambahan alat oven dan dibantu pemasaran yang lebih baik, sehingga produksi lokal ini dapat dinikmati kalangan luas.
Kedepan akan mengembangkan dan mewujudkan produk pangan berbahan dasar lokal lainya untuk mendukung ketahanan pangan nasional mengatasi permasalahan inflasi daerah. Program ini juga sudah didukung melalui dana desanya di wilayah itu. (Adm)