
HELIONEWS – Produk olahan ikan atau ikan asap di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara punya peluang bisa memasarkan produknya ke pasar internasional. Mereka masih takut mengekspor ikan asap ke Belgia.
Padahal, ikan asap tersebut menjadi salah satu produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berpeluang merangsek ke pasar Belgia. Bahkan, sampel olahan ikan tuna dan atau cakalang segar itu juga sudah sempat dikirim ke negara Eropa tersebut.

Kepala Produksi Koperasi Katapayi Sulaa, Linda Paliran membeberkan, salah satu yang membuat ragu mengekspor ikan asap ke Belgia adalah ketersediaan stok dan harga bahan baku yang fluktuatif.
“Takutnya jangan sampai permintaan banyak, ternyata kita bisa penuhi permintaan itu. Jadi, saat ini kita pasar lokal dalam negeri saja dulu, paling tidak di seluruh Indonesia” kata Linda dihubungi, Minggu (4/6/2023).
Selain itu, ujar dia, hambatan lainnya adalah izin Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dari otoritas karantina ikan. Pun pihaknya belum percaya diri dengan kualitas ikan asap bisa bertahan lama jika masih menggunakan peralatan pengemasan produk (vacuum sealer) yang ada saat ini.
“Perizinan itu bukan biaya sedikit. Sampel yang dikirim ke Belgia kemarin by order saja, belum secara resmi karena memang perizinan HACCP itu. Kita berharap pemerintah bisa fasilitasi pengurusan perizinan itu ketika bahan baku sudah oke dan alat produksi sudah memenuhi standar,” tuturnya.
Lebih jauh, ungkap dia, Gubernur Sultra, Ali Mazi mengunjungi rumah produksi Katapayi Sulaa, beberapa waktu lalu. Pihaknya mengganggap kedatangan orang nomor satu di bumi Anoa itu sedikit memberikan titik terang.
“Kami sudah memasukkan proposal ke provinsi. Mudah-mudahan bisa di ACC lah. Sehingga nanti kita bisa ekspor. Kemudian, kami juga masih menunggu Kadin (Kamar Dagang dan Industri) provinsi merealisasikan janji memfasilitasi MoU dengan perhotelan,” pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, ikan asap Katapayi Sulaa ini mulanya usaha kuliner tradisional tersebut masih berbentuk katering yang melayani hajatan orang-orang. Lalu, dengan dukungan NSLIC (National Support for Local Investment Climates), bisnis yang dirintis 10 perempuan susah ekonomi itu menjelma jadi usaha kreatif yang terus berkembang.
Penulis: Alex
Editor: Kasim