
HELIONEWS – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Baubau terus berupaya meminimalkan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Baubau. Dinas yang dipimpin Abdul Rahman ini menekankan pentingnya upaya pencegahan dan dukungan bagi korban kekerasan.
“Sebisa mungkin kekerasan terhadap anak dan perempuan harus diminimalkan. Meskipun kita tidak bisa menciptakan zero kekerasan, kami tetap berusaha keras agar kejadian-kejadian kekerasan ini bisa lebih sedikit terjadi,” ujar Abdul Rahman dalam wawancara eksklusif dengan Helionews.
Menurutnya, langkah pertama yang diambil adalah melalui sosialisasi di sekolah-sekolah, mengingat banyak kasus kekerasan, seperti perundungan, bullying atau intimidasi dan pengeroyokan terjadi di kalangan anak-anak yang masih bersekolah. “Kami fokuskan sosialisasi di sekolah-sekolah karena di sana banyak kekerasan terjadi,” tambahnya.
Selain itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga mengadakan sosialisasi di setiap kelurahan dan kecamatan untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan. Program edukasi yang lebih luas diharapkan dapat memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi anak dan perempuan.
Abdul Rahman juga menambahkan pihaknya berencana mengadakan program parenting yang bertujuan untuk mendidik orang tua tentang pola asuh yang baik. “Kami ingin memberikan edukasi kepada orang tua agar mereka bisa mengasuh anak dengan cara yang sehat, sehingga anak-anak terhindar dari kekerasan,” jelasnya.
Selain memberikan edukasi, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menyediakan wadah bagi korban kekerasan untuk melapor. “Kami tidak hanya berfokus pada penanganan hukum, kami juga memberikan terapi psikologis untuk membantu pemulihan mental anak-anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan,” ujar Abdul Rahman.
Dalam upaya mendukung penyelesaian masalah keluarga, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), yang menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkonsultasi dan melaporkan masalah keluarga, termasuk pernikahan dini. “PUSPAGA sangat membantu dalam menyelesaikan kasus-kasus pernikahan dini dan masalah keluarga lainnya, dan sudah ada beberapa kasus yang berhasil kami tangani,” lanjutnya.
Pemerintah juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, dan RT/RW untuk mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan. “Kami bekerja sama dengan RT/RW untuk mengimbau remaja yang mengonsumsi miras, karena sering kali kekerasan terjadi setelah konsumsi miras,” tambahnya.
Abdul Rahman berharap masyarakat tidak takut untuk melapor jika mereka menjadi korban kekerasan. “Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan ini seperti gunung es di laut, lebih banyak yang terjadi daripada yang melapor. Kami ingin masyarakat tahu bahwa mereka tidak perlu takut, kami akan lindungi dan bantu menyelesaikan masalah ini,” tegasnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan dapat diminimalkan, dan korban mendapatkan dukungan serta pemulihan yang mereka butuhkan.
Penulis: Ridwan