Buteng Kandung Potensi Ekraf

0
170
Kemenparekraf melakukan uji petik PMK3I pada tenun di Kabupaten Buteng. (Foto: Istimewa)

HELIONEWS – Kabupaten Buton Tengah (Buteng) Provinsi Sultra rupanya mengandung potensi Ekonomi Kreatif (Ekraf) yang layak dikembangkan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah melakukan uji petik Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) di daerah berjuluk Negeri Seribu Gua itu.

Pj Bupati Buteng, Muhammad Yusup mengungkapkan, hampir seperempat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Buteng dialokasikan untuk pengembangan sektor Pariwisata dan Ekraf berbasis koperasi dengan trigger dari sektor maritim.

“Hasil penelitian geopark UGM, di dunia ini hanya ada tiga lokasi yang memiliki keunikan gua bawah laut yaitu di Florida, Mexico, dan Buton Tengah,” tambah Yusup dalam sambutannya pada acara Penandatanganan Berita Acara Hasil Uji Petik PMK3I Kabupaten Buton Tengah beberapa waktu lalu yang diterima redaksi media ini, Kamis (27/4).

Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto menerangkan, Kabupaten Buteng memiliki potensi Ekraf untuk menunjang potensi pariwisata yang sangat luar biasa. Pun, di Buteng memiliki festival event budaya yang sarat dengan kearifan lokal dan tersebar di seluruh kecamatan salah satunya adalah Festival Kande-kandea yang berhasil masuk ke dalam Karisma Event Nasional (KEN) 2023.

Menurutnya, pelaksanaan kegiatan PMK3I itu untuk mengidentifikasi potensi ekosistem ekonomi kreatif di Kabupaten Buton Tengah secara bottom-up melalui mekanisme pengisian borang dan uji petik.

“Kabupaten Buton Tengah dengan inisiasi dan dorongan luar biasa dari seluruh pihak, terus berkoordinasi dengan kami sehingga rangkaian proses uji petik PMK3I sejak tanggal 14 hingga 17 April dapat dilaksanakan dengan lancar,” ujar Hariyanto.

Dengan semangat kolaborasi aktor akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah daerah, dan media (ABCGM) yang hadir kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Uji Petik PMK3I pada Minggu (16/4/) lalu telah bersepakat bahwa subsektor kriya, dengan kekhususan kriya tenun, merupakan subsektor unggulan Buteng yang akan menghela subsektor kuliner dan kriya.

Melalui proses uji petik itu, Kemenparekraf/Baparekraf bersama dengan tim penilai program Pengembangan KaTa Kreatif, melakukan kunjungan dan wawancara terhadap pelaku Ekraf dari subsektor kriya, fesyen, dan kuliner yang ada di Buteng. Kriya tenun di Buteng diketahui berbasis kepada tradisi dan daya kreativitas masyarakat lokal melalui pemanfaatan warisan budaya lokal yang turun-temurun sejak abad XII.

Jumlah penenun di Kecamatan Mawasangka Tengah merupakan basis penenun Buton terbanyak di Buteng, di mana ada 10 desa dan satu kelurahan yang kesemuanya memiliki pengrajin tenun. Tenun Buteng bahkan telah dipamerkan di tingkat internasional pada pergelaran New York Indonesia Fashion Week 2023.

Selain memiliki keunggulan subsektor kriya, daerah hasil pemekaran Kabupaten Buton pada tahun 2014 itu juga merupakan penghasil kacang mete yang berasal dari tanaman jambu monyet atau jambu mete. Bibit jambu mete dibawa oleh misionaris pada tahun 1967 ke Desa Lakapera dan Desa Lolibu hingga menyebar ke daerah lainnya seperti Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Bantea.

Rangkaian proses uji petik PMK3I ditutup dengan penandatanganan Berita Acara Hasil Uji Petik PMK3I yang berisi komitmen pengembangan Ekraf Kabupaten Buteng. Beberapa poin komitmen yang disepakati antara lain menyusun regulasi terkait Ekraf, membentuk Komite Ekraf, dan menginisiasi Rumah Produksi Bersama.

Berita acara ditandatangani oleh Pj Bupati Buteng dan Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf bersama seluruh perwakilan ABCGM Buteng. Dengan ditandatanganinya berita acara tersebut, maka Buteng menjadi kabupaten ke-75 yang melaksanakan uji petik PMK3I serta secara resmi menjadi bagian dari ekosistem Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia.

Sebagai kabupaten ke-75 yang melaksanakan uji petik PMK3I, Buteng memiiliki peluang untuk dapat berjejaring dengan kabupaten/kota lain di Indonesia dan bahkan terbuka peluang untuk untuk mengajukan diri menjadi anggota UNESCO Creative Cities Network (UCCN) di bawah pendampingan dari Kemenparekraf/Baparekraf.(adm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini