
HELIONEWS, Batauga – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Selatan melalui Dinas Pendidikan terus mendorong penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) di seluruh satuan pendidikan. Langkah ini merupakan upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan maupun perundungan (bullying).
Kepala Bidang Pemberdayaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Buton Selatan, La Amiru, mengatakan pihaknya telah menerbitkan regulasi penerapan SRA sejak tahun 2024.
“Sebenarnya kami sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) terkait kebijakan penerapan SRA pada tahun 2024,” ujarnya, Kamis (7/10/2025).

Menurut La Amiru, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi sekolah untuk bisa disebut Sekolah Ramah Anak.
“Sekolah yang menerapkan SRA minimal harus bebas dari perundungan dan kekerasan. Selain itu, kebersihan lingkungan, kualitas jajanan dan makanan kantin juga harus diperhatikan,” jelasnya.
Dinas Pendidikan juga akan memberikan sertifikat penghargaan bagi sekolah yang memenuhi kriteria SRA sebagai bentuk apresiasi dan motivasi agar sekolah semakin aktif menciptakan lingkungan positif bagi peserta didik.
Peran Sekolah dalam Mewujudkan SRA
Kepala SMPN 1 Siompu Barat, Gafarudin, mengatakan pihaknya berkomitmen penuh mendukung program tersebut.
“Kami menyadari betul akibat fatal dari perundungan. Karena itu kami aktif melakukan sosialisasi kepada warga sekolah tentang bahaya bullying untuk membangun kesadaran bersama,” ujarnya.

Selain sosialisasi, sekolahnya juga fokus menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar.
“Tahun 2025 kami mengikuti lomba Sekolah Sehat dan meraih juara satu tingkat Kabupaten Buton Selatan. Ini bukti keseriusan kami mewujudkan sekolah ramah anak,” tambahnya.
Suara Siswa: Sekolah Seru Tanpa Bullying
Sebelumnya di tempat terpisah, seorang siswi SMPN 1 Batauga, Jian Afnianti, mengungkapkan pengalamannya bersekolah di lingkungan yang nyaman dan aman.
“Yang membuat saya nyaman sekolah di sini karena guru-gurunya seru, teman-teman juga seru, dan pelajarannya menyenangkan,” katanya.
Jian juga menegaskan bahwa peristiwa bullying jarang terjadi di sekolahnya.
“Kami saling menjaga perasaan masing-masing. Kalau ada bullying, langsung kami laporkan ke guru untuk ditegur dan dibawa ke ruang BK,” tambahnya.
“Harapan saya, kalau bermain jangan terlalu keras atau main fisik,” pesannya.(a)
Peliput: Febri
Editor: Kasim